Tentang kebudayaan
Minggu, 29 September 2013
sekaten
Grebek Sekaten Berawal dari Dakwah Budaya Islam di Jawa

Sekaten sendiri merupakan sebuah budaya yang ada di Yogyakarta, sedangkan Maulud merupakan peringatan kelahiran Nabi Muhammad SAW.
Sekretaris Majelis Ulama Indonesia Daerah Istimewa Yogyakarta, Ahmad Muksin Kamaludiningrat, mengatakan, gerebek sekaten merupakan dakwah Islam yang dilakukan melalui budaya.
Artinya, pesan dakwah yang disampaikan dalam ajaran Islam menyatu dalam budaya Jawa yang ada di masyarakat.
"Inti dari Grebek Sekaten pada Bulan Maulud itu merupakan syiar dakwah. Menyampaikan pesan dakwah melalui budaya," katanya kepada Okezone, Kamis (24/1/2013).
Ahmad mengatakan, gunungan yang diperebutkan untuk warga itu memiliki nilai sedakah dalam ajaran Islam. Sedakah tersebut diberikan dari Raja (Sultan HB X) bagi masyarakat.
"Ada nilai historisnya kenapa ada gunungan, ada galeman yang mengiringi, ada prajurit yang mengawal, hingga perebutan gunungan," jelasnya.
Pria yang menjadi staf pengajar di beberapa kampus yang ada di Yogyakarta itu menjelaskan, metode dakwah bukan hanya dilakukan melalui ceramah semata, tetapi bisa melalui kesenian dalam suatu pertunjukan ataupun budaya seperti dalam sekaten.
"Sekaten itu bukan sekadar hura-hura dan bersenang-senang, tetapi memiliki nilai dakwah yang diajarkan dalam agama,"
DI POSTING OLEH ; M Faiz S
Sabtu, 28 September 2013
Minggu, 22 September 2013
kata kata penyemngat tentang budaya
Budaya adalah warisan leluhur yang harus kita lestarikan.Untuk itu, kita sebagai warga negara indonesia harus harusnya merasa beruntung karena selain diberkahi dengan sumber daya alam yang melimpah indonesia juga diberkahi dengan budaya-budaya lokal yang sangat beragam.Dimana budaya-budaya tersebut tersebar dari pulau sabang sampai merauke.Bentuk dari budaya tersebut antara lain seni tari, seni musik bahkan upacara-upacara adat disetiap daerahnya.
Tapi pada kenyataan,para generasi muda indonesia malah lebih tertarik untuk mempelajari budaya-budaya dari luar.Contohnya seperti K-POP.Budaya K-POP telah masuk dan berkembang dengan pesat di indonesia, buktinya telah menjamurnya boyband dan girlband di Indonesia. Padahal secara tidak langsung, masuknya budaya K-POP bisa merusak industri permusikan di Indonesia.Selain itu, budaya K-POP juga memberikan fanatisme yang berlebihan dikalangan para remaja.Dimana fanatisme yang berlebihan sering memicu adanya perang mulut antar sesama fans.
Untuk itu kita sebagai generasi muda yang nantinya akan menerima estafet kepemimpinan.Kita bersama-sama harus mencintai dan melestarikan budaya kita sendiri.Jangan sampai kita menunggu budaya kita diklaim oleh negara tetangga baru kita sadar untuk melestarikannya.Seperti pada kasus Reog Ponorogo yang di klaim oleh malaysia.
Karena dengan melestarikan budaya lokal itu sama dengan menunjukkan jati diri bangsa yang sesungguhnya kepada dunia.
Tetap Semangat . . . .
Dan tetap cintai budaya lokal . . . .
keterngan hasil posting rais cahyono
keterngan hasil posting rais cahyono
Minggu, 15 September 2013
Macam Macam Budaya
Bila dilihat darimacam-macam budayanya, mungkin Indonesia adalah negara paling kaya dibandingkan dengan negara lain. Bagaimana tidak? Indonesia adalah negara yang terdiri dari banyak pulau, di mana tiap pulau memiliki suku bangsa yang berbeda-beda pula. Hal ini membuat kebudayaan Indonesia benar-benar beraneka ragam.
Budaya erat kaitannya dengan bagaimana manusia menjalani kehidupannya. Dari cara pandang, cara bersosialisasi dengan masyarakat sekitar, cara memnuhi kebutuhan hidupnya sampai cara masyarakat mengekspresikan perasaan dalam dirinya. Jadi budaya tak semata hanya berkaitan dengan seni belaka.
Letak Indonesia juga menjadi penyumbang kenapa terdapat beraneka ragam budaya di Indonesia. Wilayah Indonesia yang terbentang dari Sabang sampai merauke memang menyimpan begitu banyak budaya.
Selain aspek wilayah ini, aspek sejarah juga mempengaruhi timbulnya bermacam-maca budaya di Indonesia. Bagaimana dulu Indonesia adalah sebuah wilayah dari kerajaan besar Mataran dan Kerajaan Sriwijaya? Bagaimana pengaruh penyebaran agama Hindu-Budha juga mempengaruhi budaya yang dihasilkan? Sampai akhirnya agama Islamlah yang banyak dipeluk oleh sebagian besar masyarakat Indonesia. Ini juga menjadi faktor penentu beragamnya budaya di Indonesia.
Indonesia memang banyak dikenal dengan keanekaragaman budaya yang ada. Terdapat begitu banyak budaya yang ada. Kebudayaan itu sendiri sangat bermacam-macam, mulai dari teknologi, bahasa, kesenian, dongeng, atau tradisi daerah yang beragam. Setiap daerah di Indonesia, memiliki kebudayaan-kebudayaan itu dengan ciri khas masing-masing.
Macam-macam budaya di Indonesia
Keluhuran dan Keindahan Budaya Jawa
Didalam masyarakat Indonesia, masih ada sebagian orang yang percaya bahwa gamelan tertentu memiliki kekuatan gaib. Suara yang dikeluarkan dari alat musik gamelan seringkali dianggap mempunyai daya magis yang bisa mempengaruhi aura kehidupan manusia. Gamelan seperti ini biasanya bukan lagi sekedar alat musik tapi sudah dianggap sebagai pusaka, dan hanya dimainkan pada saat yang sangat istimewa. Oleh karena keistimewaan itu, gamelan demikian mendapat penghormatan sama halnya seperti menghormati leluhur.Sebenarnya, penghormatan seperti kepada leluhur itu tidaklah berlebihan jika kita melihat dari rasa (roso) dan energi yang terlibat saat sang empu menempa dan membentuk gamelan itu hingga menghasilkan nada yang begitu indah hingga terkesan magis; atau saat sang pemilik gamelan itu dahulu sering menumpahkan perasaan dan pikiran dengan memainkan gamelannya seperti halnya seorang pianis meresap dalam permainan pianonya.
Sebagai alat musik yang dipandang memiliki daya magis, gamelan pusaka seringkali digunakan untuk mengiringi gendhing-gendhing Jawa yang memiliki makna sangat “khusus”, yang seolah mengandung misteri seperti misalnya gendhing Tunggul Kawung yang konon untuk “menahan/memindahkan” hujan, atau sebaliknya gendhing Mego Mendhung yang untuk mendatangkan hujan lebat. Meskipun semua itu tidak dapat dibuktikan secara ilmiah, para pemain gamelan (karawitan) bisa membuktikannya dengan “rasa” yang mereka miliki.
Masyarakat Jawa adalah representasi dari harmonisasi dan pencapaian ekstase untuk sadar kosmis. Gamelan tidak sekadar perkara musik tapi menjadi pertaruhan orang Jawa mengolah rasa dan mengabdikan diri untuk sensibiltas kosmis (alam, manusia, dan Tuhan). Hakikat gamelan adalah hakikat kehidupan manusia lahir dan batin. Kesadaran atas gamelan bagi masyarakat Jawa ini mengarah pada kecenderungan mistik atau sakralisasi. Dan gamelan tidak sekadar urusan melodi, harmoni, dan dinamik. Keharmonisan dan keteraturan dalam gamelan merupakan representasi dari perjalanan suci menuju Tuhan. Ketukan gong bisa diartikan simbol pencapaian tingkat (maqam) tertentu setelah orang beralih dari suasana dzikir dan sunyi secara bergantian.
Dengan simbolisasi atas alam kerohanian Jawa maka sakralisasi terjadi dengan kesadaran batin dan laku. Pandangan mistik terhadap gamelan itu diterjemahkan oleh penguasa dan ahli agama dalam pelbagai ritus di keraton. Gamelan menjadi perangkat musik dengan nafas tradisi dan keagamaan. Ritus gamelan menjadi ritus dengan permainan jagad simbol dan anutan kepercayaan terhadap nilai-nilai kejawaan dan religiositas.
Selain itu gamelan merupakan salah satu jenis musik yang terdiri dari berbagai alat musik, diantaranya kendang, rebab, celempung, gambang, gong, dan seruling bambu. Komponen utama yang menyusun alat-alat musik gamelan adalah bambu, logam, dan kayu. Masing-masing alat mempunyai fungsi tersendiri dalam pagelaran musik gamelan. Misalnya, gong berperan menutup sebuah irama yang panjang dan memberi keseimbangan setelah sebelumnya musik dihiasi oleh irama gending. Pandangan hidup Jawa yang diungkapkan dalam musik gamelan merupakan keselarasan dalam berbicara dan bertindak sehingga tidak memunculkan ekspresi yang meledak-ledak serta mewujudkan toleransi antar sesama. Wujud nyata dalam musiknya adalah tarikan rebab yang sedang, paduan seimbang bunyi kenong, saron kendang dan gambang serta suara gong pada setiap penutup irama. Irama yang khas yang dihasilkan merupakan perpaduan jenis suara dari masing-masing unit peralatan gamelan. Secara filosofis gamelan Jawa merupakan satu bagian yang tak terpisahkan dari kehidupan masyarakat Jawa.
Sekar macapat ADI LUHUNGE KAGUNAN JAWI yang terangkum dalam pupuh dhanngula dan pupuh sinom, yang berisikan tentang piwulang mengenai falsafah gamelan Jawa. Semoga bait-baik macapat dibawah ini bisa untuk menambah wawasan serta merubah cara pandang kita terhadap budaya Jawa yang semakin hari semakin tersisih dengan budaya manca.
DHANDHANGGULA
Kang cinakup seni budya Jawi, rupa-rupa kalamun pinetang, basa lan sastra Jawane, sarta macapatipun, krawitan gamelan ugi, tuhu ngandhut falsafah, ingkang nyata agung, tumrap jejering manungsa, dadi tepa palupi ala lan becik, ing kauripanira.
Dene seni gamelan puniki, yasan dalem Sunan Kalijaga, kang kebak tuladhane, becik dadi panuntun, kanggo nggayuh urip utami, ingkang wus manjing dadya, kapribaden luhur, tumanduk mring bangsa kita, mangga sami ngleluri budaya Jawi, mamrih teguh santosa.
Jeneng GAMBANG ingkang mengku werdi, mbanyu mili kentir aneng sendhang, ngregengi tetabuhane, lir angin kang tumiyup, saya ngrangin rinenggeng gendhing, lamun bahan wilahan, asal saking kayu, mrih manggih hayu raharja, wit jatining urip mung ngudi basuki, donya prapteng delahan.
KEMPUL lumrah ingaran alit, mengku tetapsiran pirang-pirang, saka pakem sayektine, gandheng lan tembung kumpul, werdine gya samya nyawiji, manunggal cipta karsa, nut ugeranipun, iku tumraping agama, pranatan kang dadi wewatoning urip, ingudi mrih raharja.
Kalamun GONG kang araneki, wujud gamelan kang paling harda, memper kempul ingkang gedhe, dumadi saking prunggu, tinabuh ing panutup gendhing, tandha mungkasi pada, mangka werdinipun, yen gesang sampun pinungkas, dhawah ing gong wangsul ing kasidan jati, sepuh tanapi mudha.
S I N O M
DEMUNG sinebut balungan, saya greget mahanani, pindha jumbuhing tatabuhan, kang dadi peran utami, mligining wayang kulit, ateges andhamane mung, siji ra neka-neka, mantep manembah ing Gusti, kanthi manut miturut reh parentah-Nya.
Bebasan bojone dhalang, nenggih GENDER araneki, baku ing babagan bawa, aneng pagelaran ringgit, mligine aninthingi, bawa wiraswaranipun, nambah ngrangin swasana, mengku falsafah kang inggil, aywa gampang tumandang nir sambekala.
Mangka jangkeping tabuhan, yeku SITER den wastani, saya gayeng nggo jineman, banget ngresepake ati, mungal swara thing-thing-thing, sinartan gender binarung, ingkang ngemu surasa, sing pinter weh sukeng galih, amemangun karyenak tyasing sasama.
Nora kleru byola Jawa, ya REBAB araneki, munggah kanthi sinenggrengan, nganyut rumesep ing galih, anggambar raos sedhih, mligining swasana tlutur, den samya ngrembag ing bab, sagung karya den rampungi, mrih sembada sadaya ingkang sinedya.
Minangka purnaning sekar, mangga sami anyawiji, angleluri kabudayan, budaya kang edi peni, wus dadi jati dhiri, langkung becik den sengkuyung, tan lirwa nembah muja, konjuk mring Hyang Maha Suci, kabudayan dimen lestari ngrembaka.
Terjemahan :
DHANDHANGGULA
Yang termasuk budaya Jawa, beraneka macam kalau dihitung, bahasa dan sastra Jawanya, serta tembang macapatnya, dan juga krawitan serta gamelan, semua mengandung falsafah, yang sangat luhur, terhadap penampilan manusia, menjadi tauladan baik dan buruk, pada kehidupan kita.
Sedangkan seni gamelan itu, hasil karya Sunan Kalijaga, yang penuh dengan contoh/teladan, baik untuk dijadikan petunjuk, untuk mencapai hidup yang baik, yang telah masuk menjadi, kepribadian yang luhur, sebagai pelindung terhadap bangsa kita, marilah sama-sama melestarikan budaya Jawa, agar teguh dan sentosa.
Yang disebut GAMBANG itu mengandung maksud, air yang mengalir hanyut di sendang, memeriahkan alunan musik, ibarat angin yang berhembus, bertambah merdu alunan gending/lagu, kalau bahannya dari wilahan (kayu yang belah), berasal dari kayu, agar menemukan selamat dan sejahtera, hidup yang sesunggunya hannya mencari keselamatan, di dunia sampai dengan akhirat.
KEMPUL biasanya disebut kecil, mengandung penafsiran yang bermacam-macam, dari pedoman yang baku sesungguhnya, berhubungan dengan kata kumpul (bersatu), artinya segaralah bersatu, bersatu cipta dan karsanya, menurut peraturannya, itu apabila menurut agama, aturan yang menjadi pedomannya hidup, yang dicari agar selamat dan sejahtera.
Kalau yang namanya GONG, berupa gamelan yang paling besar, mirip dengan kempul yang besar, yang berasal dari bahan perunggu, ditabuh pada pada saat penutupan gending/lagu, sabagai tanda mengahiri pada (syair), padahal maksudnya, jika hidup itu telah diakhiri, jatuh pada gong kembali pada kesempurnaan sejati, tua atuapun muda.
S I N O M
DEMUNG disebut juga balungan, semakin bertambah semangat, ibarat telah sesuai dengan iramanya, yang menjadi peran utama, khususnya dalam wayang kulit, berarti hanya sebagai tokoh, hanya satu dan tidak bermacam-macam, mantab manembah pada tuhan, dengan patuh sesuai dengan perintah-Nya.
Ibarat itrinya dalang, yaitu GENDER namanya, sudah baku tentang bawa (pembukaan gending), pada pertunjukan wayang kulit, khususnya membunyikan (mengetuk), bawa wiraswaranya (penyanyi laki-laki), menambah merdu suasananya, mengandung falsafah yang sangat tinggi, janganlah mudah bertindak agar terhindar dari cobaan.
Padahal sempurnanya tetabuhan (irama), yaitu disebut SITER, bertambah nikmat dibuat jineman (irama lagu), sangat menarih hati, bunyi suara thing-thing-thing, seiring dengan suara gender, yang mengandung maksud, yang pandai memberi kedamaian, berbuat untuk menyenangkan hati sesama.
Tidak salah biola Jawa, yaitu REBAB namanya, meningkat dengan suara yang mengalun, hanyut meresap didalam hati, menggambarkan perasaan yang sedih, khususnya swasana tlutur (irama sedih), semua membahas pada bab (permasalahan), semua pekerjaan di selesaikan, agar semua yang diinginkan dapat terkabul.
Dan sebagai penutupnya lagu, marilah kita semua bersatu, melestarikan kebudayaan, budaya yang sangat indah, yang telah menjadi jati diri, lebih baik kita mendukung, tidak lupa kita untuk berdoa, kepada tuhan yang maha suci, agar kebudayaan kita lestari dan berkembang.
Keterangan Hasil Posting Miftahul Huda
Keterangan Hasil Posting Miftahul Huda
Langganan:
Postingan (Atom)